Tekanan Inflasi Sulut Mulai Menguat Usai Terkontraksi Cukup Dalam Akibat Covid-19 Tekanan Inflasi Sulut Mulai Menguat Usai Terkontraksi Cukup Dalam Akibat Covid-19 - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tekanan Inflasi Sulut Mulai Menguat Usai Terkontraksi Cukup Dalam Akibat Covid-19

31 March 2021 | 16:35 WIB Last Updated 2021-03-31T08:35:22Z
Tekanan Inflasi Sulut Mulai Menguat Usai Terkontraksi Cukup Dalam Akibat Covid-19 (Foto Bhansu)


INDIMANADO.COM, Manado - Pandemi Covid-19 yang melanda Sulawesi Utara (Sulut) menyebabkan penurunan aktivitas masyarakat sejak Covid-19 masuk di Indonesia pada awal 2020. Dampak pembatasan aktivitas sosial ekonomi juga tercermin dari pola inflasi yang berbeda pada Triwulan II-2020 dan cenderung berlanjut pada Triwulan III-2020.


Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulut Arbonas Hutabarat dalam sambutannya pada acara High Level Meeting TPID Provinsi Sulut mengatakan perekonomian Sulut pada tahun 2020 terkontraksi sebesar 0,99 persen (yoy), menurun cukup dalam dibandingkan tahun 2019 yang masih tumbuh sebesar 5,66 persen (yoy). 


Terdapat tiga lapangan usaha utama yang terkontraksi sebagai dampak pandemi Covid-19 di Sulut yaitu perdagangan, transportasi, dan konstruksi. Hal ini yang menyebabkan perekonomian Sulut terkontraksi cukup dalam.


Tekanan inflasi kata Arbonas cenderung meningkat pada Triwulan IV-2020, hal ini sejalan dengan pemulihan konsumsi rumah tangga. Peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat mendorong adanya peningkatan realisasi permintaan sehingga mendorong tekanan inflasi Kelompok Makanan dan Minuman serta Tembakau. 


"Peningkatan mobilisasi masyarakat juga mendorong tarif angkutan udara yang cenderung meningkat terutama pada bulan November-Desember 2020," kata Kepala KPw BI Provinsi Sulut Arbonas Hutabarat, Rabu (31/3/2021).


Pada tahun 2021, inflasi diperkirakan menguat seiring dengan kenaikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat namun masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional. Risiko tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari komoditas sub kelompok tembakau seiring tertundanya kenaikan di tahun 2020. 


"Sementara itu, inflasi komoditas bahan makanan diperkirakan terjaga seiring dengan jalur distribusi dan perdagangan antar daerah yang semakin membaik pada tahun 2021," ujar Arbonas.


(ss)

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close