Ini Yang Dibahas Pada FGD Tetang Perkebunan Oleh Biro Protokol dan Humas Sulut Ini Yang Dibahas Pada FGD Tetang Perkebunan Oleh Biro Protokol dan Humas Sulut - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ini Yang Dibahas Pada FGD Tetang Perkebunan Oleh Biro Protokol dan Humas Sulut

15 November 2019 | 22:08 WIB Last Updated 2020-01-26T20:02:38Z

INDIMANADO.COM, SULUT - Biro Protokol dan Humas Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menggelar media gathering melalui Focus Group Discussion (FGD) Optimisme Kebangkitan Kembali Perkebunan Sulut di Lobby Lantai I Kantor Gubernur, Jumat (15/11/2019).

FGD yang diikuti kalangan wartawan yang tergabung dalam Jurnalis Independen Pemprov Sulut (JIPS) ini menghadirkan narasumber yaitu Kepala Dinas Perkebunan Sulut Refly Ngantung, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Sulut Eko Adi Irianto dan Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sulawesi Utara Dendi Handiyatmo.

Selain itu, diskusi yang dimoderatori Kabag Humas Christian Iroth ini turut dihadiri Koordinator JIPS, Rolf Lumintang serta sejumlah petani cengkeh, pala dan kelapa Sulut.

Pada kesempatan itu, Kadisbun Sulut Refly Ngantung mengapresiasi kegiatan ini sebagai momentum kembali berjayanya komoditi perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala Sulut yang sejak dulu terkenal hingga luar negeri.

Untuk itu, Ngantung mengingatkan pentingnya upaya peningkatan sumber daya manusia dan diversifikasi komoditi perkebunan.

“Mengontrol harga kopra, pala dan cengkeh itu sangat sulit. Tapi ada tiga jalan keluar yaitu meningkatkan kemampuan dan semangat kerja petani. Kedua, diversifikasi produk misalnya diversifikasi produk turunan kelapa. Ketiga, diversifikasi komoditi dengan memanfaatkan Iahan. Jika ada lahan satu hektar kita bisa tanam kelapa, cabai, jagung dan lainnya,” ujarnya.

Lanjut Ngantung, belum moncernya harga kopra diakibatkan saat ini minyak nabati dunia dihasilkan dari enam komoditi. Selain kelapa dan sawit masih ada bunga matahari dan lainnya menjadi pemyebab berubahnya harga pasar minyak nabati dunia.

“Kalau dulu hanya minyak kelapa. Tapi sekarang ada komoditi lainnya. Sehingga pasar dunia tidak tergantung pada kelapa saja,” beber Ngantung.

Kendati demikian, tambah Ngantung, Pemprov Sulut telah mengantisipasi hal ini dengan menyiapkan alat pengolahan minyak kelapa di Sulut.

“Solusinya dengan meningkatkan konsumsi minyak kelapa dalam negeri. Selain itu, petani juga bisa mengolah kelapa menjadi VCO,” tandasnya.

Menariknya, Kadisbun Sulut menyebut kelapa, pala dan cengkeh merupakan komoditi seksi. Menurutnya, kelapa Sulut yang masih organik merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki kelapa terbaik dunia. Adapun pala Sulut yang terdapat di Siau juga sudah mendunia dan memiliki sertifikat indikasi geografis.

“Untuk cengkeh, kita sendiri punya indikasi geografis cengkeh Minahasa yang punya kadar tinggi yakni kadar eugenol pada cengkeh dibandingkan daerah yang lain di Indonesia sehingga kita punya posisi tawar yang tinggi,” paparnya.

Diketahui, Senyawa eugenol merupakan senyawa berwujud cairan bening hingga kuning pucat dengan aroma menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, memberikan aroma yang khas pada minyak cengkeh.

(*/alfa jobel)

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close