UMKM Souvenir di Manado Ini "Banting Setir" Produksi Masker UMKM Souvenir di Manado Ini "Banting Setir" Produksi Masker - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

UMKM Souvenir di Manado Ini "Banting Setir" Produksi Masker

20 May 2020 | 23:25 WIB Last Updated 2020-05-20T15:25:58Z

INDIMANADO.COM - Pandemi Covid-19 membuat kurangnya omset Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini membuat UMKM di Kota Manado bahkan di Sulawesi Utara (Sulut) "banting setir."

Mariani Montu, pemilik UMKM kerajinan Sang Bayu Handycraft mengaku terpaksa "banting setir" membuat masker untuk bertahan hidup.

Sebelumnya, usaha Mariani tergolong sukses, setiap bulannya dia bisa meraup keuntungan sampai Rp 25 juta perbulan dari penjualan souvenir, kerajinan tangan, kaos, dan kain batik produksinya sendiri.

Namun sejak pandemi, omset dari usaha yang sudah digelutinya sejak 2012 itu menurun drastis. Bahkan dari pengakuannya, penurunan sampai dengan 90 persen.

Keadaan ini tidak membuatnya berdiam, dia terpaksa mencari alternatif lain untuk bisa bertahan untuk menghidupi dirinya dan 12 orang karyawan.

"Sejak awal Maret sudah mulai sunyi, sudah tidak ada pengunjung sama sekali," kata Mariani.

Dengan dibantu karyawan, Mariani akhirnya memproduksi masker. Dan untuk penjualannya, dia sendiri dibantu pedagang asongan. Namum omset dari penjualan ini tak seberapa, akhirnya dia melakukan penjualan juga lewat media sosial.

"Ternyata disitu banyak peminatnya. Dan juga saya mulai menghubungi kepala-kepala dinas atau pejabat-pejabat, Alhamdulillah mereka tertarik dan mulai pesan paling sedikit lima lusin, nah itu sangat membantu," kata Mariani.

Namum ini tak berlangsung lama. Kata Mariani, hanya bertahan 2 minggu. Setelahnya tidak ada lagi penjualan, apalagi dengan kemunculan masker scuba di pasaran.

Tak berhenti disitu, dia pun membeli masker scuba sebagai contoh pembuatan. Munculnya, masker scuba berbagai model, tak munyurutkan semangatnya, malahan sampai saat ini Mariani sudah membuat 19 model masker.

"karenakan kalau cuma satu model orang pasti bosan, tidak ada yang unik," ujarnya.

Dia pun menuturkan, dari 12 orang karyawan, kini tinggal tersisa 4 orang saja. 8 karyawan lainnya terpaksa harus dirumahkan.

Dari penjualan masker ini, Mariani meraih keuntungan Rp 100 ribu per hari. "Itu yang penting aja, yang lain-lain kami belum memikirkannya, yang penting biaya kehidupan sehari-hari aja boleh, yang penting istilahnya ada untuk bayar listrik sama beli beras, itu saja," pungkasnya.

(Subhan)
CLOSE ADS
CLOSE ADS
close