Peningkatan Aktivitas Masyarakat Sulut Serta Anomali Cuaca Penyebab Tingginya Inflasi Bulan April Peningkatan Aktivitas Masyarakat Sulut Serta Anomali Cuaca Penyebab Tingginya Inflasi Bulan April - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Peningkatan Aktivitas Masyarakat Sulut Serta Anomali Cuaca Penyebab Tingginya Inflasi Bulan April

4 May 2021 | 22:30 WIB Last Updated 2021-05-04T14:30:32Z

 

Kepala Perwakilan BI Sulut Arbonas Hutabarat (Foto Bhansu)

INDIMANADO.COM, Manado  - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mencatat pergerakan harga-harga secara umum di Sulawesi Utara mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik di Kota Manado maupun Kota Kotamobagu. Secara nasional, Kotamobagu bahkan mencatatkan nilai inflasi tertinggi pada April 2021, meningkat signifikan dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi. 


Indeks Harga Konsume (IHK) Kota Kotamobagu tercatat inflasi sebesar 1,31persen (mtm), sementara IHK Kota Manado sebesar 0,96 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi tahunan Manado dan Kotamobagu pada April 2021 masing-masing tercatat sebesar 2,84 persen (yoy) dan 2,75 persen (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa angka inflasi Manado dan Kotamobagu masih berada dalam rentang target inflasi nasional 3±1 persen (yoy). 


"Adapun IHK Nasional bulan April 2021 tercatat inflasi sebesar 0,31persen (mtm) dengan laju inflasi tahunan sebesar 1,42 persen (yoy), berada di bawah rentang target tersebut," kata Kepala Perwakilan BI Sulut Arbonas Hutabarat, Selasa (4/5/2021).


Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau masih menjadi kelompok penggerak utama IHK di Manado dengan inflasi sebesar 3,20 persen (mtm) dengan kontribusi inflasi mencapai 0,94 persen  (mtm) pada inflasi umum Manado. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditas perikanan yang berkontribusi sebesar 0,88% (mtm) terhadap inflasi Kota Manado. 


Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi juga merupakan komoditas perikanan, diantaranya ikan cakalang dengan kontribusi sebesar 0,28 persen

(mtm), ikan malalugis 0,22% (mtm), ikan deho 0,13% (mtm), ikan tude 0,09 persen (mtm), dan ikan oci dengan kontribusi sebesar 0,05 persen (mtm).


"Kenaikan harga komoditas ikan secara umum diperkirakan terjadi akibat pengaruh cuaca dan badai Tropis Surigae yang mempengaruhi tinggi gelombang laut yang merupakan faktor utama pertimbangan nelayan untuk berlayar," ujar Arbonas


Anomali cuaca ini memberikan

disinsentif nelayan untuk melaut sehingga mengurangi jumlah pasokan ikan di pasar. Sementara itu pada sub-kelompok tembakau, komoditas rokok putih masih menunjukkan kenaikan akibat kenaikan cukai rokok walaupun tidak signifikan seperti bulan sebelumnya. 


Di sisi lain, komoditas strategis Barito di Manado justru mengalami penurunan harga menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2021. Hal ini dikarenakan adanya ketersediaan stok yang cukup untuk

memenuhi konsumsi masyarakat setelah panen di beberapa sentra sehingga keterjangkauan harga tetap terjaga. 


Sementara, Kelompok Transportasi menahan kenaikan tekanan inflasi Sulut dengankontribusi inflasi sebesar -0,07 persen (mtm). Deflasi pada Kelompok Transportasi terutama disebabkan

oleh penurunan harga angkutan udara sejalan dengan peraturan pemerintah untuk kembali melakukan pembatasan aktivitas masyarakat jelang perayaan HBKN.


"Kotamobagu juga mengalami inflasi pada periode April 2021. Sama halnya dengan Manado, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau juga mengalami inflasi sebesar 3,76 persen (mtm) dan

memberikan kontribusi inflasi sebesar 1,26 persen (mtm). Komoditas perikanan juga menjadi penyumbang utama tingginya inflasi Kotamobagu pada bulan ini dengan kontribusi sebesar 0,91 persen (mtm)," ucap Arbonas


Sebagaimana di Manado, kondisi ini disebabkan oleh anomali cuaca yang mendorong nelayan tidak melaut yang mempengaruhi jumlah pasokan ikan di pasar. Di sisi lain, jarak Kotamobagu dengan sentra perikanan yang relatif lebih jauh menyebabkan potensi permasalahan bukan hanya pada

pasokan, namun juga pada distribusi. 


Secara umum, komoditas perikanan dengan kenaikan harga tertinggi adalah ikan malalugis dengan laju inflasi bulanan 45,54 persen (mtm) dan berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,55 persen (mtm). Kemudian berbeda dengan di Manado, komoditas cabai rawit mencatatkan kenaikan harga di Kotamobagu dengan kenaikan IHK sebesar 11,05 persen (mtm), menyumbangkan 0,11persen (mtm) kepada inflasi umum. 


"Di sisi lain, kenaikan IHK Kotamobagu tertahan oleh penurunan IHK Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan kontribusi inflasi sebesar 0,03 persen (mtm)," tutur Arbonas.


Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara berpandangan bahwa tingginya inflasi pada bulan April tidak lepas dari peningkatan aktivitas masyarakat Sulut serta anomali cuaca yang mempengaruhi komoditas perikanan penyebab tingginya inflasi di bulan april. Secara umum, aktivitas ekonomi pada sektor grosir dan farmasi hingga minggu ketiga April 2021 tercatat sebesar 11,4 persen di atas tingkat aktivitas pra COVID-19 (baseline). Angka tersebut naik dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 2,8 persen di atas baseline. 


"Perkembangan ini sejalan dengan penurunan kasus aktif COVID-19 Sulut sepanjang Januari-Februari sehingga mendorong pemerintah mencabut kebijakan pembatasan jam operasional. Pada periode Maret-April 2021 kasus aktif Covid-19 di Sulawesi Utara masih menunjukkan tren penurunan. Percepatan vaksinasi, penangangan pandemi yang semakin baik, dan potensi kenaikan

permintaan pada periode HBKN pun berpotensi memberikan tekanan inflasi baik di Manado maupun Kotamobagu pada bulan Mei dan Juni 2021," tutup Arbonas

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close