Sulut Tuan Rumah Sekolah Legislator PKB, Abdul Halim Iskandar Ceritakan Peran NU Untuk Indonesia Sulut Tuan Rumah Sekolah Legislator PKB, Abdul Halim Iskandar Ceritakan Peran NU Untuk Indonesia - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sulut Tuan Rumah Sekolah Legislator PKB, Abdul Halim Iskandar Ceritakan Peran NU Untuk Indonesia

8 February 2020 | 20:31 WIB Last Updated 2020-02-08T12:37:13Z
Pembukaan Sekolah Legislator ini ditandai dengan pemukulan Tetengkoreng.

INDIMANADO.COM, SULUT – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menjadi tuan rumah Sekolah Legislator, 7-9 Februari 2020 di Hotel Peninsula Manado. Dibagi lewat Zona, Sekolah Legislator kali ini diikuti peserta dari 5 Provinsi, antara lain; Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Papua Barat.

Abdul Halim Iskandar yang hadir mewakili Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar pada kesempatan itu menceritakan peranan Nahdlatul Ulama (NU) untuk Indonesia. Pada muktamar NU tahun 1939, enam tahun sebelum kemerdekaan di Banjarmasin Kalimatan Selatan, NU dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia bukan darul islam.

Abdul Halim Iskandar saat membawakan sambutan.

“Indonesia bukan negara islam, tapi Indonesia adalah darusalam, Indonesia adalah negara perdamaian,” kata Abdul Halim Iskandar yang akab disapa Gus Halim.

Hal lain yang selalu Ia sampaikan saat mengunjugi Indonesia timur yakni tetang peran NU pada rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bagaimana persidangan BPUPKI yang dilaksanakan 18 Agustus 1945, dimana kala itu terjadi perdebatang yang panjang dan sengit, karena para anggota perwakilan BPUPKI Indonesia timur menolak Sila Pertama yang kalimatnya ‘Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya.’

Peserta Sekolah Legislator PKB saat mendengarkan sambutan Abdul Halim Iskandar.

“Saat itu kader NU terbaik hadir, yaitu Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim ayahnya Gusdur (Abdurrahman Wahid). Menghadapi situasi seperti itu, beliau pulang ke Jombang untuk melaporkan situasi yang terjadi terkait dengan usulan peruban Sila Peratama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa.’

Merespon laporan Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim, Kiai Haji Asya’ri belum langsung memberiakan jawaban.

“Saya belum bisa memberi jawaban pasti, saya mau solat istighfar dulu, mohon petunjuk kepada Allah.”

Ketua DPW PKB Sulut, sekaligus Ketua Panitia Sekolah Lesislator PKB, Greety Tielman saat menyampaikan laporannya.

Besoknya, KH Wahid dipanggil KH Asya’ri dan beliau menyatakan setuju.
“Saya setuju dengan Sila Pertama, kalimat sederhana ‘Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata KH Asya’ri seperti dikutip Gus Halim.

Dengan persetujuan Kiai Asya’ri melalui Kiai Wahid itulah maka Indonesia menjadi seperti ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Betapa besarnya jasa Nahdlatul Ulama terhadap persatuan, kesatuan, perbedaan agama, suku, bangsa, demi keutuhan sebuah bangsa yang besar, yang namanya Bangsa Indonesia. Bahkan, tambah Gus Halim, sekarang ini kita sering diperhadapkan dengan dinamika bangsa, bagaimana politik indetitas sangat menonjol pada Pemilu 2019 kemarin.

Pemasangan kartu tanda peserta oleh Abdul Halim Iskandar.

“Kembali NU memposisikan diri sebagai pemersatu, kembali NU menempatkan diri sebagai penyelamat bangsa,” ujarnya.

“Saya hanya ingin mengingatkan pada diri saya sendiri dan kita semua, bahwa Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai yang dilahirkan oleh Nadatur Ulama. Artinya, Partai Kebangkitan Bangsa memiliki tanggung jawab yang sama, beban yang sama, tugas yang sama dengan tugas dan tanggung jawab Nadatur Ulama. Hanya Partai Kebangkitan Bangsa mengambil jalur politik, sementara Nadatur Ulama pada posisi jalur organisasi sosial keagamaan,” tambah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia ini.

Foto pengurus DPW 5 provinsi bersama Abdul Halim Iskandar.

Situasi hari ini dan beberapa waktu, Indonesia timur bergumul dengan situasi yang harmoni. Maka hakikat pertama pertama dan utama adalah menjaga harmoni, baru mandate-mandat berikutnya. Itu artinya bahwa kekompakan kebersamaan , persatuan, kesetaraan, kesejahteraan dan kebahagiann menjadi bagian yang tak terpisakan dari namanya anas, yang namanya insaf, yang namanya manusia, yang artinya harmoni.

“Disinilah PKB harus tampil menunjukan sebagai satu partai yang memiliki komitmen tinggi dalam mengawal perbedaan untuk menciptakan harmoni,” pesannya.

Selain itu, Gus Halim mengingatkan kader PKB tetang nilai-nilai tokoh pluralism, Abdurrahman Wahid.

“Kita juga ingat Gusdur sebagai tokoh bangsa, bapak bangsa, sebagai tokoh plurarisme yang sangat luar biasa, dan nilai-nilai ajaran Gusdur terus menerus menjadi bagian visi dan misi PKB.”

“Indonesia ada karena Nadatur Ulama ada. Jangan lupa tidak akan perna ada Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa adanya Nadatur Ulama. Ini fakta sejarah. NU sejak 1939, satu satunya organisasi sosial keagamaan yang berani tegas menyatakan bahwa Indonesia bukan negara islam, tetapi Indonesia negara kesetaraan. Satu-satunya organisasi yang berani mengambil resiko pada rapat BPUPKI untuk keutuhan bangsa dan negara,” ulang Gus Halim.

Sebelumnya, Ketua DPW PKB Sulut, sekaligus Ketua Panitia, Greety Tielman dalam laporannya menyebutkan bahwa program Sekolah Legislator PKB kali ini merupakan titik ke-15 dan diikuti 81 peserta dari 5 provinsi.

“Kegiatan ini penting agar para anggota dewan PKB di seluruh Indonesia memiliki kesamaan visi dan misi untuk mensejahterakan rakyat,” ujar Greety.

Sementara Ketua PWNU Sulut, Ulyas Taha mengajak seluruh legislator dari PKB untuk tetap menjaga persatuan.

“Apa yang menjadi cita-cita PKB, itu juga yang diperjuangkan NU. Sehingga, anggota DPRD harus berkolaborasi dengan NU. Doa kami, sahabat-sahabat kami ini sukses memimpin Indonesia,” kunci Taha.

Pembukaan Sekolah Legislator ini ditandai dengan pemukulan Tetengkoreng dan pemasangan kartu tanda peserta.

(Alfa Jobel)

Profil singkat Abdul Halim Iskandar

Tempat, tanggal lahir: Jombang, 14 Juli 1962
Istri :Lilik Umi Nashia
Pendidikan:
SD :Madrasah Aliah Negeri (MAN) : Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Desa Denanyar, Jombang.
Perguruan Tinggi: IKIP Yogyakarta
Pekerjaan:
- Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asyari (1993 - 1997)
- Ketua DPRD Jatim (2014 - 2019)
- Wakil Ketua DPRD Jatim (2019 - sekarang)
- Menteri Desa, Pembangunan Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (2019 - sekarang)
CLOSE ADS
CLOSE ADS
close