Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Deebee furniture Beralih Memproduksi APD Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Deebee furniture Beralih Memproduksi APD - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Deebee furniture Beralih Memproduksi APD

28 May 2020 | 20:09 WIB Last Updated 2020-05-28T12:09:11Z

INDIMANADO.COM - Memasuki bulan Februari, Usaha Kecil Menengah (UKM) Deebee furniture Manado yang dikelola oleh Sisko Kondoy mulai terdampak Corona Virus Disease (Covid-19). Omset pendapatannya mengalami penurunan drastis sampai dengan 80 persen.

Hadapi persoalan ini, Sisko kemudian mencari alternatif usaha lain demi menyelamatkan usahanya. Berbekal mesin jahit, Sisko akhirnya berinovasi membuat Alat Pelinfung Diri (APD), dengan dibantu beberapa tenaga penjahit.

Untuk bahan baku, kata Sisko, sering menggunakan bahan yang dipakai untuk membuat furnitur.

Dia menuturkan, sebelum memproduksi APD, dia terlebih dahulu berkonsultasi dengan para ahli industri farmasi, selanjutnya membuat sampel kemudian ditawarkan ke beberapa klien.

"Ketika ditawarkan ternyata ada beberapa dinas dan juga beberapa klien yang memang berminat, dan ada permintaan, sehingga saya mulai terus menambah stok untuk bahan baku," kata owner dari Deebee furniture ini.

Selain itu, Sisko juga mulai mendapatkan permintaan APD dari beberapa toko, sehingga dia sampai saat produksi terus dijalankan.

Untuk baham kain, Sisko menggunakan jenis non woven polypropylene atau biasa disebut spunbond. Ada dua jenis APD yang diproduksi dengan perbedaan gramasi atau ketebalan bahan yakni jumpsuit disposable atau biasa disebut hazmat dengan tebal 50 gramasi dan 75 gramasi. Juga ada lapisan akhir APD, hanya saja belum diproduksi lebih lanjut.

"Itu yang menjadi salah satu produk penopang untuk menambah omzet dari usaha kami. Salah satu tujuannya juga yaitu mempertahankan beberapa karyawan yang masih bisa kami upayakan agar masih ada penghasilan, begitu juga dengan tenaga-tenaga produksi kami, agar mereka juga masih ada pendapatan walaupun memang produksi kami sudah tidak seperti biasanya," jelasnya.

Kini dari 18 orang karyawan yang dimiliki, hanya tersisa empat orang saja. Itu pun terpaksa hanya yang bisa double job saja yang dipertahankan.

Sebelum pandemi, Sisko bisa meraih untung 30 sampai 40 dari furniture, bahkan bila digabung dengan omzet dari beberapa projek, keuntungan bisa mencapai 80 sampai ratusan juta. Kini omset mengalami penurunan 80 persen.

"Itu pun kalau dipikir-pikir sudah hampir tidak bisa menutupi operasional bulanan kami," terangnya.

Kini dengan produksi APD yang dijualnya seharga Rp.125 ribu persatuan dan Rp.100 ribu untuk pengambilan di atas 50 pieces, Sisko bisa bertahan. Dengan jalannya usaha ini pun, dia merasa bersyukur.

"Ada beberapa dinas yang sudah pernah mengambil, ada juga perorangan seperti ke Kabupaten Kepulauan Talaud dan rumah sakit di Manado. Ada juga yang membeli untuk didonasikan. Ada juga dari tenaga medis, dokter langsung yang membeli untuk pemakaian pribadi mereka. Distribusi penjualan untuk saat ini sudah ke toko-toko, seperti toko hardware yang menjual peralatan-peralatan berkaitan dengan covid-19," tambahnya.

(Subhan)
CLOSE ADS
CLOSE ADS
close