Dalam sambutannya, Gubernur Olly, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Pekerja Harian PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), menyatakan bahwa KGM memiliki tempat penting dalam perjalanan Gereja-Gereja di Indonesia. Acara ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1972, di mana gereja-gereja berkumpul untuk membahas fondasi diakonia pembangunan sebagai upaya mewujudkan damai sejahtera di Indonesia.
Gubernur Olly menjelaskan bahwa tema KGM kali ini adalah "Hiduplah sebagai Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran" (Efesus 5:8b-9), dengan subtema "Bersama-sama Mewujudkan Masyarakat Majemuk yang Pancasilais dan Berdamai dengan Segenap Ciptaan Allah." Tema ini juga akan menjadi fokus Sidang Raya PGI ke-18 tahun depan di Toraja.
Menurut Gubernur Olly, pemilihan tema dan subtema Sidang Raya PGI selalu mencerminkan tantangan-tantangan kehidupan sosial, politik, dan global di Indonesia. Ia menekankan bahwa gereja-gereja memiliki tanggung jawab penting untuk menjalankan fungsi kritis dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam konteks ini, KGM menjadi wadah untuk melakukan dialog dan refleksi mengenai berbagai isu yang dihadapi oleh umat. Acara ini juga memberikan kesempatan untuk memahami kondisi sosial-politik saat ini, baik secara internasional, nasional, maupun lokal, dengan analisis dari perspektif demokrasi. Tujuannya adalah merumuskan pilihan-pilihan pelayanan gereja dalam rangka menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua ciptaan.
Gubernur Olly menyampaikan harapannya bahwa KGM tahun ini akan menghasilkan pemikiran-pemikiran konstruktif serta tindakan nyata sebagai bentuk kontribusi nyata gereja-gereja di Indonesia. "Mari kita menyumbangkan pikiran terbaik dalam empat hari ini, tetapi juga tindakan nyata sebagai Gereja di Indonesia tercinta," pungkasnya. (**/Alfa Jobel)