"Gayung Bersambut" Pemprov Sulut dan Kemenkes Tangani Masyarakat Dengan Gangguan Jiwa "Gayung Bersambut" Pemprov Sulut dan Kemenkes Tangani Masyarakat Dengan Gangguan Jiwa - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

"Gayung Bersambut" Pemprov Sulut dan Kemenkes Tangani Masyarakat Dengan Gangguan Jiwa

28 October 2023 | 05:24 WIB Last Updated 2023-10-29T21:36:03Z

Manado, Indimanado.com - Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven OE Kandouw sambut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin guna menghadiri peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang di pusatkan di Hotel Arya Duta Manado, Jumat (27/10/2023).

Pada acara yang mengambil tema "Sehat Jiwaku, Sehat Indonesiaku" ini Menteri Kesehatan mengungkapkan data dunia tentang seberapa besar masalah kesehatan mental ini melanda dunia berdasarkan data World Health Organization (WHO).


"Satu dari 8 orang di dunia memiliki masalah mental health (kesehatan mental), 900 juta orang itu punya "mental disorder"(gangguan mental). 125 per 1000 (orang)." ujarnya.

Budi Sadikin juga mengungkapkan berbagai macam jenis masalah gangguan mental ini.
Seperti exiting disorder, depresion disorder, dan Bipolar disorder dengan berbagai jenis gangguan mental turunannya seperti Neurological disorder, autism spectrum disorder atau ADHD (Attention Deficit / Hyperactivity Disorder) dan sebagainya.


"Yang harus dikejar adalah promotif-preventif bukan kuratif, yang harus dikejar di sisi hulu bukan disisi hilir. Anggarannya harus dikasih ke puskesmas dan posyandu bukan ke rumah sakit," ujar Sang Menteri.

"Bagaimana kesehatan jiwa bisa dihulu, promotif-preventif? Mesti edukasi bagaimana orang jangan sampai sakit jiwa," tukasnya.

Menteri berbicara mengenai banyaknya penyebab gangguan mental ini dari sisi eksternal misalnya seperti anak-anak karena presure (tekanan) dari lingkungannya seperti teman-teman atau senior-senior yang suka mem-bully atau suka membanding-bandingkan prestasi, gaya hidup maupun status sosial.


Depresi umurnya 20% lebih pendek, karena itu Menteri menyampaikan bagian dari pencegahan adalah edukasi untuk bersikap cuek atau masa bodoh terkait bully maupun persaingan hidup yang ada termasuk politik.

Pencegahan selanjutnya adalah harus adanya 'screening' sebagai deteksi awal di lingkungan seseorang bersosialisasi. Misalnya disekolah dan di tempat kerja ataupun dilingkungan rumah tangga.

Sehingga ketika seseorang terdeteksi "stress", bisa digunakan formula treatment yang tepat, baik dari segi obat-obatan atau konseling dan juga kebutuhan akan tenaga psikiater.


Menteri Budi Sadikin juga menginformasikan bahwa Teknologi penanganan mental health itu sudah jauh berubah. Dari yang jaman dulu dianggap kena kutuk dan berubah di abad 16 dengan penanganan di pasung karena ketidaktahuan akan akar penyebab gangguan mental.

Namun hal itu mulai berubah di sekitar akhir abad 18, dimana orang yang yang kena gangguan mental mulai dirawat dalam suatu komunitas.dan di abad ke 20 sekarang sudah mulai ada pola penanganan Psyco Analisis.

"Dan sekarang yang paling canggih, kesehatan jiwa itu sudah bisa dilihat menggunakan 'Neuro Sains'," ujar Budi Sadikin.

"Karena itu saya challange teman-teman di penyakit jiwa, yuk kembangkannya bagaimana, satu, deteksi dininya harus bagus, edukasi mesti bagus, dikasih life skill menghadapi pressure, kembangkanlah instrument-instrumen interview untuk bisa mendeteksi secara dini. Baru kita cari layanan terapinya yang paling pas bagaimana." tandasnya.


Mengenai minimnya tenaga psikiater, Sang Menteri mengatakan, "kalau psikiater nya sedikit sekali, bisa gak dokter umum di puskesmas diajarin," imbuhnya.

Hal ini disampaikan mengingat jumlah dokter umum di puskesmas yang ada sekarang berjumlah 10.000 orang, sementara setiap pasien sakit kejiwaan selalu di rujuk ke RS. 

"Harusnyakan dokter yang di puskesmas yang 10.000 itukan diajari bagaimana memberikan treatment-treatment awal untuk ini, supaya lebih banyak lagi masyarakat yang bisa terlayani," ucap Sadikin.

"Rumah sakit jiwa nanti akan jadi rumah sakit umum dengan layanan jiwa. Dan saya akan wajibkan semua rumah sakit umum harus ada layanan jiwa," tegasnya.

Pada pada acara tersebut Menteri Kesehatan juga mengumumkan bahwa Kota Manado akan menjadi pilot project salah satu model/contoh dari suatu negara berkembang yang bisa transisi dari model layanan mental health yang tadinya sangat kuratif menjadi terintegrasi promotif, preventif sampai kuratif.

Hal tersebut ditandai dengan pemukulan tetengkoren dan penandatanganan "komitmen bersama" dalam Kick-off Pilot Project Deinstitusionalisasi Pelayanan Kesehatan Jiwa berbasis Masyarakat di Kota Manado yang ditandatangani oleh Wakil Walikota Manado Richard Sualang.

"Yang tadinya hanya bercenter (terpusat) di rumah sakit, itu boleh dari keluarga, komunitas, layanan primer, sampai ke rumah sakit," ucap Menteri Sadikin.

Sementara itu, Wagub Steven Kandouw mengungkapkan kesaksiannya ketika mengunjungi Rumah sakit jiwa, bagaimana antrian yang panjang,baik yang di rawat jalan maupun yang sementara dalam perawatan.

Bahkan Wagub Kandouw melihat sendiri bagaimana banyak pasien yang sudah tidak lagi di urus oleh keluarganya.

Peristiwa yang juga langsung disaksikan oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey tersebut membuat Pemprov Sulut berikhtiar untuk
hadir dengan berkoordinasi bersama pemerintah pusat untuk menangani masalah anak-anak bangsa yang memiliki masalah ganggu kesehatan jiwa ini.

Turut hadir dalam acara tersebut Deputi kemenko PMK, Dirjen P2P Kemenkes, Sekprov Sulut Steve Kepel, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda, Bupati Minahasa Selatan Franky Wongkar, Para Pejabat Pemprov Sulut, Kadis Kesehatan Kabupaten/Kota, para Akademisi dan Praktisi kesehatan Sulawesi Utara.
(Ridho L Tobing)
CLOSE ADS
CLOSE ADS
close