Jemaat Desak Pemecatan, Reformasi Total, dan Transparansi menjelang SMST GMIM 2025 Jemaat Desak Pemecatan, Reformasi Total, dan Transparansi menjelang SMST GMIM 2025 - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Jemaat Desak Pemecatan, Reformasi Total, dan Transparansi menjelang SMST GMIM 2025

13 December 2025 | 10:32 WIB Last Updated 2025-12-13T05:37:09Z
Pdt. Ricky Tafuama (kiri). (Foto istimewa)

MANADO, Indimanado.com - Berbagai kritik kembali menghantam Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) setelah Pengadilan Negeri Manado resmi menjatuhkan vonis 1 tahun penjara kepada Ketua Sinode GMIM nonaktif, Pdt. Hein Arina, dalam kasus korupsi dana hibah Pemprov Sulawesi Utara.

Putusan ini bukan sekadar kabar hukum, tetapi pemantik diskusi moral yang kini membara di tubuh gereja terbesar di Sulawesi Utara itu.

Vonis tersebut hadir hanya beberapa hari menjelang Sidang Majelis Sinode Tahunan (SMST) GMIM 2025 yang akan berlangsung di Bukit Inspirasi Tomohon pada 16-18 Desember 2025. Situasi ini membuat publik gereja bertanya-tanya. Apakah sidang tahun ini akan menjadi titik balik untuk penataan ulang tata gereja, disiplin etika, dan arah pelayanan GMIM ke depan?.

Sikap keras datang dari Pdt. Ricky Tafuama, yang menilai bahwa gereja tidak boleh menunjukkan toleransi dalam perkara korupsi, terlebih jika pelakunya adalah pemimpin rohani.

“Korupsi adalah extraordinary crime. BPMS harus segera memberhentikan Hein Arina secara tidak hormat. Perbuatannya memalukan dan mencoreng nama GMIM sebagai benteng moral,” tegas Tafuama.

Ia mengingatkan bahwa lambannya respons BPMS hanya akan memperuncing krisis kepercayaan.

“Jangan ada pembelaan bagi pelaku korupsi. Pecat Hein Arina itu satu-satunya langkah yang benar," tegasnya lagi.

Desakan ini kini menjadi suara dominan di lapangan, terutama dari warga jemaat yang menginginkan kejelasan sikap moral gereja.

Berbeda dari nada keras Tafuama, Pdt. Dr. Henny W.B. Sumakul, mantan Ketua Sinode GMIM sekaligus Penasihat BPMS, memberikan perspektif yang lebih menekankan pembenahan spiritual.

“Semua warga GMIM dipanggil menjaga moralitas gereja. Kita telah menerima kasih karunia Tuhan pakailah itu untuk berjalan dalam kebenaran,” ujarnya.

Sumakul menyoroti fenomena perdebatan tanpa ujung terkait Tata Gereja yang marak di media sosial. Menurutnya, ketika aturan dipelintir sesuai tafsir masing-masing, gereja justru menjauh dari fondasi utamanya.

“Yang paling penting adalah kembali kepada Alkitab. 1 Petrus 2:9-10 mengingatkan bahwa kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan besar Allah," ucap Pdt. Dr. Henny W.B. Sumakul.

Ia juga mengingatkan gejala berbahaya yang sedang tumbuh kultus individu di dalam gereja.

“Jangan mendewakan seseorang. Yang patut disembah hanya Tuhan. Dan saat ini kita melihat adanya disorientasi, baik di kalangan pelayan maupun jemaat," ungkapnya.

Sumakul menegaskan bahwa prinsip-prinsip ini akan ia bawa sebagai pesan moral utama dalam SMST 2025, sebagai landasan teologis untuk membenahi arah gereja.

Di tengah turbulensi moral dan tekanan publik ini, SMST 2025 dipandang sebagai forum paling strategis untuk menetapkan posisi gereja secara terang dalam perkara integritas, kepemimpinan, serta penegakan disiplin.

Terkait pengisian jabatan lowong yang akan dibahas dalam sidang, Sumakul memberikan sinyal halus namun tegas.

“Arahannya sudah jelas. Mereka yang membaca pasti sudah memahami maksud kami," katanya.

Kini seluruh mata tertuju pada BPMS dan peserta SMST. Di tengah badai kontroversi dan tuntutan pembersihan internal, satu pertanyaan menjadi pusat perhatian.

Apakah GMIM berani mengambil keputusan yang mengedepankan moralitas di atas kompromi?. (*/ben)
Ads Ads Ads
CLOSE ADS
CLOSE ADS
close