Tidak Ada Pikiran Negatif dan Ekslutifitas, Cara OD-SK Rawat Keberagaman di Sulut Tidak Ada Pikiran Negatif dan Ekslutifitas, Cara OD-SK Rawat Keberagaman di Sulut - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tidak Ada Pikiran Negatif dan Ekslutifitas, Cara OD-SK Rawat Keberagaman di Sulut

3 October 2019 | 20:40 WIB Last Updated 2019-10-03T12:40:10Z

INDIMANADO.COM, SULUT - Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Steven Kandouw mengungkapkan Sulut menjadi role model daerah paling toleran se Indonesia berkat kerja keras sesama stakeholders menjaga kerukunan dengan tidak ada pikiran negatif dan ekslutifitas antar sesama masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Wagub Kandouw saat membuka Rapat Koordinasi Peningkatan Toleransi Antar Umat Beragama yang digelar Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) di GKIC Kairagi Manado, Kamis (3/10/2019).

Dalam kegiatan yang bertemakan Merawat Budaya Damai di Sulut Karena Torang Samua Ciptaan Tuhan, Wagub Kandouw dalam sambutannya dihadapan para pemuka agama menegaskan suatu kebanggaan bagi pemerintah dan masyarakat Sulut karena merupakan role model daerah dengan toleransi terbaik di Indonesia.

“Ini menjadi kebanggaan kita semua dan wajib kita jaga terus,” ungkap alumnus Universitas Indonesia ini.

Menurut Wagub Kandouw, setiap manusia dikaruniai Tuhan Given, untuk menunujukkan kasih sayang terhadap sesama manusia.

“Nah, di Sulut ini dengan pendekatan dari Pak Gubernur Olly Dondokambey dan saya mendampingi, tidak ada pengkotak -kotakan, tidak ada eksklusifisme, tidak negatif thinking, tidak saling mencurigai sehingga tercipta suasana yang sangat harmonis di daerah ini,” tambah mantan Ketua DPRD Sulut ini.

Contoh nyata, dalam menghadiri pelantikan Ketua DPRD Sulut, Andre Angouw yang merupakan satu-satunya legislator beragama Kong Hu Cu terpilih sebagai Ketua Dewan di Sulut. Contoh lainnya, di Bolmut, Pak Chandra, Ketua Dewan satu-satunya beragama Kristen ditengah mayoritas muslim.

“Hal-hal ini mungkin bisa diadopsi pendekatannya di daerah-daerah lain. Terimakasih atas perhatian dan kehadirannya di Sulawesi Utara,” tutup Kandouw.

Disamping itu, potensi radikalisme dan fundamentalisme berpotensi di semua agama dan bukan hanya terjadi pada suatu agama.

“Potensi radikalisme dan fundamentalisme harus diantisipasi oleh segenap pihak. Jadi sangat bagus di Sulut ini memiliki Badan Kerjasama Antara Umat Beragama (BKSAUA),” ungkap Wagub Kandouw.

Diketahui, kegiatan ini menghadirkan tokoh agama, organisasi dan perwakilan kabupaten/kota dan diharapkan Budaya Damai yang selama ini terjadi di Sulut bisa terus terjaga dan terawat sesuai pedoman Torang Samua Ciptaan Tuhan.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Biro Kesra Provinsi Sulut, dr. Kartika Devi Kandouw Tanos,MARS, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Prof Dr Agus Sartono (Narsum), Asdep Pendidikan Tinggi dan Pemanfaatan Iptek, Ir Asril MSi (Narsum), Plt Asdep Pemberdayaan dan Kerukunan Umat Beragama, Dr Cecep K Anwar. Narasumber lainnya, Pastor Damianus Pongoh (Ketua Presidium BKSUA) dan Kaban Kesbangpol, Drs MM Onibala.

(*/alfa jobel)

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close