Tekanan Inflasi di Sulawesi Utara Cenderung Rendah Pada Juni 2021 Tekanan Inflasi di Sulawesi Utara Cenderung Rendah Pada Juni 2021 - Media Independen

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tekanan Inflasi di Sulawesi Utara Cenderung Rendah Pada Juni 2021

2 July 2021 | 16:39 WIB Last Updated 2021-07-02T08:39:55Z

 


INDIMANADO.COM, Manado - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mencatat pada bulan Juni 2021 tekanan inflasi yang cenderung rendah di Provinsi Sulut. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Manado mencatatkan inflasi sebesar 0,07% (mtm), sementara IHK Kota Kotamobagu mengalami deflasi sebesar 0,09% (mtm). 


Secara tahunan, inflasi Manado dan Kotamobagu pada Juni 2021 masing-masing tercatat sebesar 2,41% (yoy) dan 2,00% (yoy), yang menunjukkan bahwa angka inflasi keduanya masih berada dalam rentang target inflasi nasional 3±1% (yoy). 


"Inflasi tahunan kedua kota tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 1,33% (yoy)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat, Jumat (2/7/2021).


Bila dilihat lebih detail, IHK Manado digerakkan oleh empat kelompok pembentuk inflasi. Dari empat kelompok tersebut, kelompok Transportasi dan kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi sumber tekanan inflasi utama meski masih relatif rendah. 


Kedua kelompok tersebut memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,06% (mtm) dari total inflasi bulanan kota Manado sebesar 0,07% (mtm). Dari Sisi transportasi, kenaikan IHK tarif angkutan udara sebesar 2,11% (yoy) satu-satunya komoditas yang bergerak signifikan pada kelompok tersebut. 


"Kenaikan ini sejalan dengan dengan kenaikan mobilitas masyarakat melalui angkutan udara pada bulan Juni terutama sejak kebijakan larangan mudik berakhir pada Mei 2021. Hal ini diindikasikan Oleh kenaikan angka rata-rata google mobility report pada komponen transit yang pada Mei tercatat -34% menjadi -11% pada Juni 2021," ujar Arbonas.


Sementara itu, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Iainnya mengalami pergerakan didorong Oleh kenaikan IHK komoditas emas perhiasan sebesar 2,63% (mtm). Kenaikan komoditas ini sejalan dengan kembali meningkatnya ketidakpastian terkait risiko pengendalian pandemi. 


Di sisi Iain, kenaikan tekanan inflasi di Manado tertahan oleh penurunan terbatas IHK kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang secara agregat memberikan kontribusi sebesar 0,02% (mtm) terhadap total inflasi Manado. Terbatasnya tekanan inflasi kelompok tersebut terutama dipengaruhi penurunan IHK komoditas strategis cabai rawit dan bawang merah. Namun demikian, masih terdapat komoditas yang mengalami kenaikan seperti komoditas perikanan dan tomat.


"Berbeda dengan Manado, Kotamobagu pada Juni 2021 tercatat mengalami deflasi meski dengan besaran yang relatif rendah. Penurunan IHK Kotamobagu terjadi akibat penurunan harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang relatif berdampak lebih besar. IHK Makanan, Minuman dan Tembakau memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,21% (mtm) dari total deflasi umum Kotamobagu sebesar 0,09% (mtm)," tutur Arbonas.


Perbedaan lainnya yakni komoditas perikanan cenderung mengalami penurunan pada Juni 2021 di Kotamobagu. Ikan cakalang, ikan malalugis, ikan bubara dan ikan asin teri merupakan beberapa komoditas perikanan yang mengalami deflasi dengan total kontribusi deflasi sebesar 0,57% (mtm). Sedangkan komoditas strategis BARITO di Kotamobagu memiliki pergerakan relatif sama dengan di Manado. 


"Namun demikian, kenaikan komoditas bayam, daun bawang, kangkung dan minyak goreng menjadi faktor penahan deflasi yang lebih dalam," ucap Arbonas.


Adapun kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga memberikan tekanan inflasi sebagaimana di Manado. Namun demikian, faktor pendorong kenaikan kelompok tersebut lebih beragam di Kotamobagu. Kenaikan IHK komoditas sabun mandi, pasta gigi, sampo, sabun wajah, emas perhiasan dan tisu menjadi komoditas penyumbang tekanan inflasi kelompok ini dengan kontribusi sebesar 0,05% (mtm).

 

Menanggapi pergerakan IHK Manado dan Kotamobagu, Bank Indonesia dan TPID Sulut memandang bahwa pergerakan IHK di Sulut tidak terlepas dari aktivitas masyarakat Sulut. Tren kenaikan aktivitas masyarakat memberikan indikasi peningkatan realisasi permintaan masyarakat Sulut. Peningkatan realisasi permintaan tersebut juga tercermin dari pola tekanan inflasi Sulut yang mulai mendekati pola historisnya di mana tekanan inflasi cenderung rendah setelah periode perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional. 


"Ke depan, pergerakan IHK Sulut masih akan dipengaruhi oleh tingkat aktivitas masyarakat. Dalam hal ini, risiko pembatasan mobilitas masyarakat seiring dengan adanya kenaikan pasien COVID-19 secara nasional perlu diwaspadai," kata Arbonas


(ss)

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close